Sarasehan Kepemimpinan Perempuan di Era Jawa Kuna

Kepemimpinan Perempuan dari masa ke masa selalu menarik untuk dipelajari dan di bahas. Tak kalah menariknya adalah peran penting perempuan dalam perjalanan sejarah Jawa Kuna. Masyarakat Pecinta Warisan Medang (Medang Heritage Society) dalam pertemuan rutin bulanannya, pada hari Sabtu tanggal 27 Juni 2015, mengangkat topik Kepemimpinan Perempuan Dalam Era Jawa Kuna. Tampil sebagai pembicara adalah Dr. Yuni Satia Rahayu, yang juga Wakil Bupati Sleman, yang tahun ini memperoleh gelar doktornya dari Universitas Kebangsaan Malaysia. Diskusi dipandu oleh Dra. Ds. Nugrahani dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas gadjah Mada, dan dihadiri oleh kurang lebih enam puluh (60) peserta, akademisi dan aktivis perempuan serta mahasiswa dari sekitar Yogyakarta. Dijelaskan oleh moderator, bahwa batasan era Jawa Kuna dalam diskusi ini yang dimaksud adalah era antara abad ke empat sampai akhir abad ke empat belas. Beberapa catatan yang menarik dari diskusi ini mencakup hal hal berikut ini,

  • Dalam upaya menggali sejarah kepemimpinan perempuan di era Jawa Kuna, kendala yang paling banyak dijumpai adalah minimnya sumber informasi yang masuk dalam kepustakaan. Namun demikian studi secara mendalam mengenai bidang ini masih dimungkinkan dengan mempelajari prasasti, relief relief candi, naskah atau catatan kuna, maupun legenda yang tertinggal.
  • Untuk menggali sejarah kepemimpinan perempuan di era Jawa Kuna, yang sebagian telah lewat masa seribu tahun, tidaklah mungkin merekonstruksinya secara utuh dengan kepastian mutlak seratus persen. Pendekatan multidisipliner dengan memanfaatkan setiap sumber informasi, dan dengan mengkalkulasi seberapa besar kemungkinan ketidak pastian (uncertainty), memungkinkan untuk merekonstruksi secara utuh dan untuk memperoleh gambaran lengkap (big picture). Gambaran lengkap ini, meski dengan berbagai tingkat ketidakpastian, lebih mudah diterima dan dipelajari oleh generasi masa kini. Jika kemudian ditemukan bukti baru, gambaran sejarah ini toh masih bisa dikoreksi dan diluruskan kembali.
  • Banyak pertanyaan diangkat dalam diskusi, misalnya apakah di masa lalu tata sosial Jawa menganut prinsip matriarkhal ?. Tidak ada bukti yang menunjukkan adanya adat matriarkhal di msyarakat Jawa Kuna. Juga pertanyaan bagaimana proses para masing masing tokoh perempuan Jawa Kuna mencapai puncak, secara rinci sulit direkonstruksi kembali oleh karena keterbatasan informasi. Namun dalam tata pemerintahan, telah ada sistem magang secara sistematis sebelum seorang putra mahkota mencapai kepemimpinan puncak (raja), yang bersangkutan harus menjabat jabatan tinggi/tertinggi dalam pemerintahan  seperti jabatan Rakryan Mahamenteri Hino.
  • Banyak tokoh perempuan muncul dalam sejarah Jawa Kuna mulai dari Ratu Shima, Pramodhawardani, Gayatri, Isyana Tunggawijaya, Tribuana Tungga Dewi, Dewi Kilisuci dan masih banyak lagi. Sayang riwayat utuh mereka tidak pernah terdokumentir secara utuh. Diperlukan studi multidisipliner untuk menggali kembali riwayat dan peran mereka. Perlu didorong minat para peneliti untuk menggali sejarah dan mengangkat riwayat tokoh tersebut secara utuh.
  • Medang Heritage Society diharapkan bisa mulai mendokumentir dan memperkenalkan secara singkat synopsis tokoh tokoh perempuan di masa Jawa Kuna, dengan dua tujuan, yakni pertama agar generasi masa kini lebih mengenal mereka, dan kedua agar para peneliti terangsang  untuk melakukan studi lebih mendalam akan tokoh tokoh perempuan tersebut.

 

Masyarakat Pecinta Warisan Medang (MHS) mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar besarnya untuk pembicara, ibu Dr. Yuni Satia Rahayu, ibu DS Nugrahani, dan para peserta yang telah memberikan kontribusi untuk diskusi yang sangat menarik dalam sarasehan ini.

Yogyakarta, 30 Juni 2015.

Dr. Budiono Santoso PhD
MHS

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*