Rangkuman
Sarasehan Kuliner Masyarakat Jawa Kuna
(Yogyakarta, 6 Juni 2015)
Sarasehan Masyarakat Pecinta Medang ( Medang Heritage Society) mengenai aneka makanan jaman Jawa Kuna, dengan tujuan untuk menggali kembali kekayaan kuliner dalam sejarah kuna Jawa, telah diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 6 Juni 2015, bertempat di Gedung Masri Singarimbun, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada. Tampil sebagai narasumber adalah professor Timbul Haryono dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, dengan pemandu diskusi Prof. Dr. Umar Aggara Jenie. Seminar dihadiri oleh kurang lebih lima puluh orang, sebagian adalah para pelaku jasa boga, pegiat makanan tradisional, akademisi, mahasiswa dan anggota Masyarakat Pecinta Warisan Medang. Dr. Budiono Santoso, selaku Ketua Masyarakat Pecinta Warisan Medang, menjelaskan mengenai organisasi Masyarakat Pecinta Warisan Medang, visi dan misinya, yang mencakup kajian multidisipliner mengenai warisan budaya dan peninggalan peradaban Medang, mengumpulkan informasi, menyebarluaskan informasi untuk mendukung upaya perlindungan dan pelestarian warisan budaya dan peninggalan peradaban Medang. Kegiatan organisasi dilakukan melalui kegiatan dan kajian akademis, serta melalui gerakan sosial melalui berbagai penyuluhan. Masyarakat Pecinta Warisan Medang mengajak para akademisi untuk bekerjasama dalam pengkajian formal serta para organisasi swadaya masyarakat untuk menyebarluaskan informasi dan melakukan penyuluhan mengenai warisan budaya dan peninggalan peradaban Medang terutama di kalangan generasi muda.
Prof. Timbul Haryono kemudian menyajikan makalahnya yang berjudul Mengenal Aneka Kuliner Masyarakat Jawa Kuna. Beliau membuka ceramahnya dengan pernyataan bahwa, apa yang dicapai di jaman sekarang merupakan rangkaian keberlangsungan sejarah masa lalu, sehingga orang harus selalu mencari informasi mengenai perjalanan sejarah masa lalu, melestarikannya untuk bekal perjalanan ke masa depan. Makanan merupakan salah satu karya kebudayaan untuk mempertahankan hidup manusia. Makanan mempunyai beberapa dimensi perilaku, yakni aspek pembuatan atau pengolahan makanan, aspek pemanfaatan dan fungsi makanan, serta aspek deposisi untuk ditinggalkan dan diwariskan bagi generasi berikutnya. Artefak makanan mempunyai dimensi ideologis (ideofak), dimensi sosiologis ( sosiofak) dan dimensi teknologi ( teknofak). Kemudian diuraikan secara sistematik apa yang tertulis dalam berbagai prasasti, yakni prasasti Taji (901 M), prasasti Panggumulan (902 M), prasasti Mantyasih I (907 M), prasasti Rukam (907 M), prasasti Watukura I (902 M), prasasti Linggasuntan ( 929 M) dan lain lain mengenai makanan. Sebagian besar atau semua mengandung catatan mengenai makanan yang disuguhkan pada acara peresmian daerah perdikan atau shima, berupa nasi, daging kambing, daging ayam, dendeng celeng, berbagai jenis ikan, udang, sayur mayur dan berbagai masakan dan minuman lain.
Banyak hal menarik diungkapkan dalam sarasehan, yang sebagian besar adalah mengenai upaya dokumentasi kembali aneka makanan di era jawa kuna dan bagaimana mempertahankannya dan memperkenalkannya kepada generasi yang akan datang. Beberapa hal penting yang diungkapkan dan disepakati dalam sarasehan mencakup hal hal berikut ini,
- Makanan sebagai karya budaya peninggalan masa lalu perlu digali kembali, diperkenalkan dan dilestarikan. Diusulkan adanya suatu kerja sama lintas bidang dengan institusi institusi akademik dan penelitian untuk mendokumentir aneka makanan dan masakan di era Jawa Kuna, kemudian dibukukan, jika memungkinkan di patenkan.
- Berbagai jenis kuliner masyarakat Jawa Kuna perlu diperkenalkan kepada generasi masa kini agar bisa dibiasakan penggunaannya. Dalam berbagai kesempatan jamuan formal, sebaiknya selalu diperkenalkan berbagai aneka kuliner asli Jawa Kuna, sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa.
- Sebagian besar atau semua aneka kuliner Jawa menggunakan bahan bahan alami lokal, sehingga penggalakan penggunaan kuliner asli Jawa akan meningkatkan pemanfaatan bahan alam lokal, bukan tergantung bahan import. Hal ini akan membantu meningkatkan ketahanan pangan dan budaya lokal.
- Penelitian dan pengembangan mengenai kuliner Jawa Kuna perlu dimasukkan dalam urutan prioritas penelitian mengenai warisan budaya dan peninggalan peradaban Medang.
- Diusulkan agar para pelaku jasa boga bisa bekerja sama, bersama Masyarakat Pecinta Medang, untuk menyelenggarakan festival kuliner masyarakat Jawa Kuna dalam beberapa waktu ke depan.
Yogyakarta, 6 Juni 2015
Dr. Budiono Santoso PhD
Leave a Reply